Boston, Tidak mampu ereksi bukan satu-satunya efek samping yang ditakuti pria dewasa saat mengonsumsi obat. Bisa ereksi tapi tidak bisa orgasme sama-sama menyusahkan, seperti yang dialami beberapa pria saat minum salah satu obat pereda nyeri.
Obat yang dimaksud adalah gabapentin, sejenis pereda nyeri yang digunakan juga untuk mengatasi kejang serta depresi pada penderita gangguan suasana hati. Salah satu efek sampingnya yang sering menimpa pria adalah anorgasmia atau susah orgasme.
Meski sudah lama diketahui, munculnya efek samping tersebut ternyata lebih sering dari yang diduga sebelumnya. Penelitian terbaru yang dilakukan pada ahli saraf di Boston University mengungkap, efek tersebut sangat sering menimpa pria khususnya yang sudah lanjut usia.
"Temuan kami, efek samping ini lebih sering dibandingkan yang terungkap dalam uji klinisnya," ungkap salah satu peneliti, Prof Michael D Perloff dalam laporannya di American Journal of Geriatric Pharmacotherapy seperti dikutip dari Indiavison, Minggu (5/6/2011).
Selama ini pemakaian gabapentin dinilai relatif paling aman karena efek samping lainnya tergolong ringan, misalnya mengatuk dan pusing. Karena itu, obat yang juga berkhasiat antikejang ini jadi pilihan utama pada orang tua berusia 44-82 tahun.
Namun karena banyak dipakai orang lanjut usia, maka efek sampingnya pada kemampuan orgasme pasien jadi semakin banyak dilaporkan. Penelitian Prof Perloff mengungkap, 3 dari 11 pasien berusia di atas 50 tahun mengalami anorgasmia setelah mengonsumsi obat ini.
Untungnya pada pria umur 30-an tahun ke bawah, efek samping ini masih bisa dikatakan jarang terjadi. Sejak obat ini diperkenalkan tahun 1993, baru ada 10 laporan efek samping anorgasmia yang terjadi pada pasien pria berusia di bawah 38 tahun.
Kabar baiknya lagi, efek samping berupa ketidakmampuan untuk mencapai orgasme tidak bersifat permanen. Gejala ini akan segera segera mereda apabila dosis pemberiannya diturunkan dan akan hilang sama sekali setelah pemakaian obat ini dihentikan.