Wabah infeksi Escherichia coli (E-coli) meluas dan menciptakan kekhawatiran di seluruh dunia. Berbagai negara melakukan langkah pencegahan demi terhindar dari ancaman bakteri mematikan itu.
Di Indonesia,Kementerian Kesehatan terus memantau perkembangan kasus penyakit akibat bakteri E-coli. Kemenkes meminta jajaran kesehatan di Tanah Air untuk meningkatkan kewaspadaan. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes Tjandra Yoga Aditama menuturkan, sebagian besar strain E-coli sebenarnya tidak berbahaya dan dapat ditemukan pada usus manusia ataupun hewan berdarah panas.
“Namun,strain tertentu enterohaemorrhagic E-coli dapat menimbulkan penyakit berbahaya dan mematikan seperti yang terjadi di Eropa sekarang ini,” ujar Tjandra dalam keterangan tertulis yang diterima harian Seputar Indonesia (SINDO) di Jakarta kemarin. Peningkatan kasus akibat bakteri E-coli mulai terjadi di Jerman pada pertengahan Mei 2011. Data Kemenkes menyebut hingga 2 Juni 2011 Jerman menemukan 520 kasus haemolytic uraemic syndrome dengan 11 kematian.
Selain itu, terdapat 1.213 kasus enterohaemorrhagic E-coli, 6 di antaranya meninggal. Dengan demikian,per 2 Juni 2011,di Jerman terdapat 1.733 kasus dan 17 kematian. Wabah E-coli telah menyebar ke berbagai negara di Eropa, seperti Austria, Republik Ceko,Denmark,Prancis,Belanda, Norwegia, Polandia, Spanyol, Swiss, dan Inggris.Kabar terakhir, di Amerika Serikat (AS) juga terdapat korban wabah E-coli.
Gejala penyakit ini berupa sakit perut seperti kram dan diare, yang pada sebagian kasus bahkan dapat mengeluarkan diare berdarah.Juga dapat timbul demam dan muntah. Demi mencegah wabah ini, Tjandra meminta masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat, antara lain dengan mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan.
“Kemudian seseorang yang diare disertai pendarahan dan jika menderita sakit setelah bepergian dari Jerman serta kontak dengan penderita, segera konsultasi kepada dokter atau petugas kesehatan,”paparnya. Konsultan penyakit lambung pencernaan dr Ari Fahrial Syam mengatakan, pemerintah harus memberikan kewaspadaan bagi para penumpang yang baru datang dari Eropa, yang kemungkinan tertular bakteri ini.
Dia juga menyarankan masyarakat untuk menjalankan budaya hidup sehat. “Memasak makanan dengan sebaik-baiknya dan tidak mengonsumsi makanan yang sudah tidak segar atau dicurigai sudah rusak atau kedaluwarsa,” ujarnya.
Australia Siaga
Kewaspadaan juga dilakukan pemerintah Australia.Kementerian Kesehatan Australia telah meminta para dokter umum untuk siaga menghadapi infeksi wabah E-coli yang telah terjadi di Eropa. Juru Bicara Kementerian Kesehatan Australia menyatakan memang belum ada laporan kasus E-coli di Australia.
Namun, pihaknya terus melakukan pemantauan secara intensif. Otoritas kesehatan tidak ingin wabah itu merebak di Australia. Seperti dilaporkan ABC News, pemerintah Australia mengimbau siapa pun yang telah bepergian dari Jerman dan merasa kondisi kurang sehat, agar mendatangi dokter umum secepatnya.
Badan Standar Makanan Selandia Baru-Australia juga telah menyatakan negara mereka telah menghentikan impor mentimun dan selada dari Eropa. Negara pertama yang melarang impor sayuran segar dari Eropa adalah Rusia.Rusia pada Senin (30/5) melarang impor sayur dari Spanyol dan Jerman.
Saat itu, Moskow mengancam akan memberikan sanksi larangan impor sayur dari seluruh negara Eropa, jika tidak ada penjelasan yang layak bagaimana wabah itu bisa menyebar. Qatar pun ikut melarang impor sayuran segar dari Spanyol dan Jerman.Semua buah dan sayuran harus memiliki sertifikat kesehatan bebas bakteri. Warga di sebagian besar negara Eropa pun mulai menghindari salad.
“Saya seorang vegetarian. Seruan untuk menghindari konsumsi sayuran sangat sulit bagi saya,” ujar Wolfgang Roenisch, seorang pengemudi taksi di Jerman. “Saya harus menghindari mentimun, tomat,dan salad.” Namun, para pejabat kesehatan Eropa menyatakan telah ada tanda-tanda wabah Ecoli stabil. Mereka mengatakan sekitar 200 kasus baru di Jerman telah menurun jumlahnya. “Itu mungkin berkurang, tetapi belum selesai,” kata salah satu dokter di Jerman.
Klinik-klinik di Jerman telah menyerukan kepada warga agar melakukan donor darah. Reinhard Brunkhorst, Presiden Masyarakat Nephrology Jerman, mengatakan ada beberapa tanda bahwa wabah bergerak melambat. Dia menyebutkan bahwa rumah sakit di Jerman utara melaporkan semakin sedikit pasien yang terinfeksi. “Tidak ada alasan untuk berhisteria karena itu tidak bakal menyebar dan tidak bakal meningkat. Itu justru semakin menurun,”katanya.
Sebuah restoran di Luebeck, 65 km dari pusat wabah di Hamburg,telah diperiksa para ilmuwan. Sebanyak 17 orang yang pernah menikmati makam malam di restoran itu menderita sakit akibat E-coli. Para ilmuwan menguji coba suplai makanan ke restoran itu dan mencoba mencari tahu dari mana bakteri itu menyebar. Sebelumnya,WHO menyatakan bakteri E-coli yang menjadi wabah itu merupakan strainbaru.
“Salah satu bakteri akan mengambil zat toksik dari bakteri lain dan menghasilkan racun yang lebih berbahaya karena menyebabkan diare berat, bahkan merusak jaringan, termasuk ginjal,” kata Dr Paul Wigley, ahli biologi dari Universitas Liverpool. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa yang berkantor pusat di Swedia menyatakan, penyebaran infeksi bakteri tersebut merupakan salah satu insiden HUS terbesar di dunia.