Tertawa merupakan obat terbaik yang dapat mengurangi hormon stres, membakar kalori dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Tapi bila dilakukan berlebihan, tawa ternyata juga membahayakan, bahkan ada yang mengatakan bisa menyebabkan kematian. Benarkah demikian?
Pernahkah Anda mendengar ada orang yang meninggal setelah tertawa terbahak-bahak? Mungkin terdengar aneh, tapi hal itu benar-benar terjadi.
Pada abad ketiga SM, kegembiraan yang berakibat fatal pernah terjadi pada Chrysippus, seorang filsuf Yunani yang menghabiskan saat terakhirnya di bumi setelah tertawa terbahak-bahak. Ia meninggal saat tertawa melihat keledainya yang mabuk setelah diberi minum wine.
Kasus lain terjadi di tahun 1989 pada seorang audiolog asal Denmark yang terkena serangan jantung setelah tertawa begitu keras saat menonton film 'A Fish Called Wanda'. Ia harus meregang nyawa karena terlalu gembira.
Sama halnya dengan kesedihan yang berlebihan, kegembiraan yang berlebihan ternyata juga bisa membahayakan tubuh manusia.
"Perasaan yang ektrem, entah itu kesedihan atau kebahagiaan, dapat mengaktifkan bagian otak yang bertanggung jawab untuk respons lari atau melawan ancaman di alam liar," jelas Dr Martin Samuels, profesor neurologi di Harvard Medical School, seperti dilansir MSNBC, Selasa (28/6/2011).
Saat mengalami kegembiraan, lanjut Dr Samuels, otak akan melepaskan bahan kimia alami yaitu adrenalin, yang pada hewan besar dapat menjadi racun bagi berbagai organ, khususnya jantung.
Kondisi emosi yang sangat kuat, entah emosi yang negatif ataupun positif, akibatnya bisa membahayakan jantung. Pada kasus yang langka dapat menyebabkan irama jantung menjadi abnormal (tidak normal) yang dapat mematikan.
Kejadian ini disebut 'kegembiraan yang fatal' dan setidaknya ada dua kasus yang tercatat dalam sejarah.
Kematian ini biasanya disebabkan oleh sesak nafas atau gagal jantung. Dalam beberapa kasus, korban telah tertawa sepanjang malam, dan akhirnya meninggal pada hari berikutnya.