Rendahnya status gizi masyarakat masih menjadi masalah pada balita Indonesia. Salah satu masalah sekundernya adalah pertumbuhan terhambat yang ternyata memengaruhi pendapatan per kapita dan kemampuan baca.
Rendahnya status gizi masyarakat antara lain terlihat dari berbagai masalah gizi, seperti kurang gizi, anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan lain sebagainya.
Masalah ini jelas memengaruhi kualitas sumber daya manusia, karena berkaitan dengan kecerdasan, daya tahan tubuh terhadap penyakit, kematian bayi, kematian ibu, dan produktivitas kerja. Persoalan anak kurus (kurang berat) atau pendek (kurang tinggi) perlu mendapatkan perhatian.
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2010 mengungkapkan, sepertiga anak balita Indonesia masuk kategori pendek (stunting), dan sekira 17 persen mengalami gizi kurang/gizi buruk.
Stunting adalah cermin kekurangan gizi kronis yang berlangsung lama (bertahun-tahun). Akibatnya, anak Indonesia banyak yang mengalami hambatan pertumbuhan, yakni rasio 3:10.
Kualitas pangan yang dikonsumsi tergantung pada jenis asal pangan. Mereka yang mengonsumsi pangan lauk-pauk (telur, daging, ikan) secara cukup akan terhindar dari masalah stunting.
“Yang kini dihadapi rakyat (miskin) adalah sulitnya mengakses pangan hewani untuk meningkatkan asupan protein. Tanpa asupan protein yang cukup, bangsa ini sulit menjelma menjadi bangsa yang sehat fisiknya dan tinggi stature-nya,” papar Prof Ali Khomsan, Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor yang pada 2010 melakukan penelitian di beberapa kabupaten/kota dengan sampel balita peserta Posyandu, seperti dilansir dalam siaran pers yang diterima okezone, Kamis (30/6/2011).
Ditambahkan Prof Ali, dampak stunting yang dialami anak-anak usia tiga tahun telah dipelajari. Ketika mereka memasuki usia sekolah, skor kemampuan membacanya lebih rendah 11-15 poin.
“Bahkan ketika dewasa, rata-rata penghasilan per kapita per tahun anak penderita stunting lebih rendah Rp5,6 juta hingga Rp7,7 juta dibandingkan anak normal,” tukasnya.